LP3M Universitas Adzkia menyelenggarakan Bimbingan Teknis Pengelola dan Asesor Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) sebagai tindak lanjut Program Penyelenggaraan RPL Tipe A Tahun 2023. Kegiatan ini diadakan pada Senin, 4 September 2023 bertempat di Hotel Ibis, Kota Padang.
Hadir memberi sambutan yakni Ketua Tim Pembelajaran LLDIKTI Wilayah X Putra Heriyadi, S.Kom mewakili Ketua LLDIKTI Wilayah X Afdalisma, S.H., M.Pd.
Dalam sambutannya, Putra Heriyadi menjelaskan RPL merupakan bentuk pembelajaran sepanjang hayat sebagaimana diamanahkan UU No. 12 Tahun 2012. Melalui RPL, pemerintah memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk masuk dalam sistem pendidikan formal atau disetarakan dengan kualifikasi tertentu berdasarkan pada pendidikan formal, nonformal, informal atau pengalaman kerja
"Sesuai dengan Permendikbudristek No. 34 Tahun 2021, tuposki yang diberikan LLDIKTI adalah pelaksanaan fasilitasi peningkatan mutu pendidikan. Di data LLDIKTI Wilayah X, ada 88 prodi yang mengajukan RPL. Dari jumlah itu, yang memperoleh layak untuk menyelenggarakan RPL perolehan SKS sebanyak 71 prodi," terang Putra Heriyadi.
Putra Heriyadi mengapresiasi Universitas Adzkia yang pada tahun ini terpilih menjadi salah satu universitas penerima dana bantuan pemerintah (banpem) penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) Tipe A tahun 2023.
"Kami berharap agar Universitas Adzkia memegang teguh prinsip penyelenggaraan RPL, yaitu accessibility, akuntabel, transparan, siap diadut, dan terjamin mutunya," tutup Putra Heriyadi.
Sementara itu, Rektor Universitas Adzkia Prof. Dr. Irwan Prayitno, M.Sc., Psikolog yang membuka kegiatan secara resmi mengucapkan terima kasih atas dukungan LLDIKTI dalam peningkatan mutu pendidikan Universitas Adzkia.
Terkait RPL, Irwan Prayitno menyebutnya sebagai terobosan yang luar biasa karena menjadikan ilmu dan pengalaman seseorang dapat diakui untuk disetarakan dengan kredit SKS.
"RPL memudahkan seseorang mendapat ijazah yang diharapkan, walaupun ijazah itu ada yang menganggap tidak perlu. Kita sepakat sebenarnya bukan ijazah yang terpenting, melainkan ilmu dan pengalaman. Dengan adanya RPL, maka seseorang yang sudah bekerja di bidangnya, ilmu dan pengalaman mereka dapat diakui," tutur Irwan Prayitno.
Irwan Prayitno menambahkan pentingnya apresiasi terhadap pembelajaran sepanjang hayat. Pembelajaran sepanjang hayat tidak mengenal batas usia dan waktu.
"Namun, dalam hal tertentu, ijazah masih dijadikan syarat, misalnya untuk sertifikasi guru atau kenaikan golongan. Kita melihat di Indonesia untuk mendapat ijazah agak lama dari proses dan waktunya dibandingkan luar negeri. S-2 kita, misalnya, rata-rata 2 tahun. Di luar negeri, 9 bulan itu sudah tamat," katanya.
2023 menjadi tahun ketiga Universitas Adzkia menyelenggarakan RPL. Dalam hal pembiayaan, Universitas Adzkia menawarkan berbagai kemudahan, seperti keringanan biaya SPP.
"Kita gratiskan biayanya untuk guru-guru di lingkup Yayasan Adzkia Sumatera Barat (YASB). Untuk guru-guru yang tergabung di Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), kita memberi keringanan dengan biaya 1 juta per semester saja, selebihnya kita subsidi," jelas Irwan Prayitno.
Kegiatan Bimbingan Teknis Pengelola dan Asesor RPL yang digelar LP3M Universitas Adzkia menghadirkan Dr, Yaswinda, M.Pd dari Universitas Negeri Padang selaku narasumber demi memantapkan kompetensi dosen dalam penyelenggaraan asesmen RPL.
Dalam presentasinya, Yaswinda menjelaskan sejumlah perkembangan terbaru RPL, di antaranya yakni bisa mengakui SKS sampai 80 persen dari total SKS yang harus ditempuh.
"Jadi, sudah bisa menempuh dua semester. Itu sudah termasuk dengan skripsinya. Tiinggal mahasiswanya apakah bisa mengerjakan skripsinya dengan cepat. Yang jelas kesempatan tamat 1 tahun bisa," papar Yaswinda.